Hidup itu seperti puzzle, butuh kepingan yang tepat untuk menjadi sebuah gambar yang indah

Friday, February 18, 2011

Serpihan Awal

     "Muhammad Abdul Rozaq, kelas satu A", teriak seorang guru ketika upacara penyambutan siswa baru SMP Negeri 1 Babat. Langsung aku maju ke depan dan menuju kelas yang dituju.Ya, hari itu adalah hari pertamaku masuk SMP. Hari ketika anak bau kencur bertemu dengan orang baru yang akan membantunya dalam tiga tahun ke depan. Tidak berniat sombong, tapi alhamdulillah ketika ujian masuk SMP dulu aku meraih peringkat pertama. Peraih peringkat pertama memang harus masuk kelas satu A. Begitulah yang dikatakan oleh guruku tersebut, namun sampai saat ini aku masih belum tahu siapa guru tersebut.
     Perjuangan mendapat kelas A memang tidak semudah membalik tangan. Sejak SD memang aku dididik untuk hal ini. Mungkin karena orang tuaku terlalu dekat dengan guruku, lebih tepatnya teman dekat.
     Tidak banyak yang aku ingat ketika masih SD. Waktu itu
, aku terlalu kecil untuk mengingat hal yang baik. Anak SD memang lebih nyaman dengan dunianya sendiri, tidak perlu repot dengan dunia yang lain. Mungkin yang membedakan dengan teman-temanku, aku lebih sering berkumpul dengan guruku. Maklum, memang aku sering disuruh datang ke rumah beliau untuk mendapat pelajaran tambahan. Tapi, begitulah hidup kadang dengan hal disebut kebetulan semua dapat menjadi sesuatu yang ajaib. Alhasil, saat dapat tambahan pelajaran matematika aku dapat kenalan kakak kelas SMP yang akhirnya banyak membantu waktu MOS di SMP. Satu kata "Alhamdulillah"...
     Kembali ke cerita SMP. Kalau boleh jujur, ujian masuk SMP merupakan masa tersulit. Bagaimana tidak? Sebelum ujian itu aku demam hampir 3 hari, saat ujian pun aku juga masih demam. Dan yang paling gila adalah ketika selesai ujian masuk aku pulang jalan kaki. Dengan badan demam aku pulang bebarengan teman-teman. Alhasil, nginep di rumah sakit 3 hari. Okay Rozaq hal gila ini cukup sekali saja, kalau masih ingin "menggila" tunggu tanggal mainnya.
     Tanah SMP, tanah yang akan memberi kenangan selama 3 tahun ke depan. Begitulah pikiranku saat itu. Hari pertama yang terwujud adalah Masa Orientasi Siswa atau lebih dikenal dengan MOS. Memang bukan langsung acara MOS, tetapi persiapannya. Dan persiapan ini yang paling mendebarkan.
     Saat MOS kami diajarkan bagaimana hidup SMP itu. Apakah masih bisa bermanja dengan orang tua? Apakah masih bisa bermain sepuasnya? Apakah masih bisa marah dengan hal sepele? Jawabannya tidak. Sekarang bukan seperti masa SD kawan, sekarang SMP sekali lagi ditekankan sekarang masa SMP. Bagaimanapun juga kamu harus hadapi itu. Susah senang tetaplah tersenyum karena ini salah satu caramu mengumpulkan bekal untuk masa depan, "mozaik kehidupan" lebih tepatnya.
     Hari pertama MOS adalah dengan pemberian materi dari guru-guru pembina OSIS. Sebagai siswa baru kami harus mengikuti ini dengan baik, maklum saat itu yang namanya "melanggar aturan" belum ada di kumpulan kosakata-ku. Materi selama satu setengah jam sebanyak dua kali diselingi dengan istirahat selama tiga puluh menit, itulah kegiatan berturut-turut selama tiga hari. Tidak ada bosan, tidak ada malas, yang ada hanya rasa senang dengan kehidupan yang baru dan terasa tidak monoton.
     MOS yang berlangsung selama tiga hari tersebut akhirnya berakhir. Upacara penutupannya pun keren, pemikiran waktu SMP, yaitu Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) atau mungkin di tempat lain dikenal dengan sebutan Prom Night. Acara itu harus dihadiri oleh seluruh peserta MOS sebagai upacara penutupan MOS dan juga sebagai diterimanya kami di SMP ini. Ya, begitulah kira-kira yang terjadi di minggu pertama SMP. Sampai sekarang pun, hal ini akan tetap menjadi mozaik di tempatnya.

Muhammad Abdul Rozaq
Mozaik #002
Sambil chatting dan menunggu giliran main poker

No comments:

Post a Comment