Hidup itu seperti puzzle, butuh kepingan yang tepat untuk menjadi sebuah gambar yang indah

Friday, April 8, 2011

Kesan

      Persepsi manusia terhadap manusia lain itu tergantung kesan pertama yang diberikan seseorang kepada  orang lain tersebut. Begitu juga denganku. Pertama kali kulihat dirimu, aku tidak merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirimu. Malah yang kupikirkan adalah amarah dan murka karena aku memang bukan orang yang penyabar. Coba bayangkan, di saat kamu sedang ditimpa suatu masalah tiba-tiba masalah lain datang kepadamu. Hanya kesabaran yang mungkin dapat mereda gejolak jiwamu. Namun, bukan untukku yang notabene disebut “Hot Headed”. Ya begitulah. Memang dulu tapi cukup untuk membuat masa lalu yang kelam. Orang yang mudah panas, selalu berapi-api, dan tidak tahu bagaimana mengungkapkan suatu kemarahan dengan hal yang benar. Tiap hari hanya berkelahi, pulang dengan muka lebam, dan kadang berdarah. Sampai suatu ketika aku harus berlatih untuk membalas perbuatan yang menurutku tidak adil. Ya, pendendam yang selalu mencari musuh.  Itulah aku yang sekarang ini hanya bisa mentertawakan masa yang kelabu. 
     Hanya waktu yang bisa menguak seluruh cerita. Seperti saat itu, aku tidak terlalu kagum kepadamu. Yang kutahu hanya seseorang yang datang di pagi buta. Sungguh bukan kesan yang menarik bagimu dan bagiku. Saling menunggu tanpa ada kabar yang datang. Sampai dengan modal yang nekat dan tanpa takut dianggap maling ku terobos saja pintu besi yang sedang terkunci.
     Gadis yang santai dengan suara yang agak ‘besar’. Kesan pertama yang aku tangkap ketika bertatap muka. Yang kuingat hanya perjalanan sejauh lima ratus meter dengan memikirkan tugas kuliah belum selesai aku kerjakan. 
     Kalau kesan pertama hanya terbatas pada saat kita bertemu pertama kali, hal tersebut biasa saja bukan suatu hal yang istimewa dan layak untuk dikenang. Namun, bagiku kesan pertama adalah kesan yang diberikan seseorang sehingga mampu mengubah cara berpikirku untuk mendekati atau menjauhi orang tersebut. Memang tidak aku awasi karena tidak berguna untuk menguntit seseorang karena hanya menimbulkan kecurigaan dan dugaan yang tiada habisnya. 
     Akhirnya aku temukan kelebihanmu yang membuatku untuk semakin kagum kepadamu. Memang mungkin suatu kebetulan, hanya saja kebetulan itu sangat membekas. Mengendap menimbulkan sedimen yang bercahaya, indah, dan membentuk pola yang unik. Aku melihat perjuangan, harapan, keberanian, ketegasan, dan pemikiran yang matang  di tiap kata yang kau ucapkan. Bagiku itu sudah cukup untuk membuatmu menjadi layak untuk dikagumi bahkan lebih dari itu.

“Cinta memang berawal dari nafsu. Namun, alangkah lebih mulia kalau nafsu itu untuk mensucikan diri.”

Muhammad Abdul Rozaq
Mozaik #003
Sambil kesakitan setelah terjun bebas dari lantai dua dan selamat

No comments:

Post a Comment